Myanmar
“Tak ada pakaian senyaman longyi”. Ungkapan tersebut mungkin mewakili masyarakat Myanmar yang sehari-hari mengenakan longyi. Longyi sudah dikenakan masyarakat Burma ratusan tahun lalu mulai dari rakyat jelata hingga keluarga kerajaan. Tak hanya sekadar pakaian tradisional, longyi adalah identitas nasional.
Longyi merupakan sarung khas Myanmar beragam corak dengan ukuran panjang dua meter dan lebar delapan puluh sentimeter. Konon longyi pertama kali diperkenalkan oleh keluarga imigran asal India selatan pada abad ke 19. Sejak jaman kolonialisme Inggris di Burma tahun 1824-1886 longyi tak sekadar pakaian tradisional tapi juga penanda kelas sosial. Longyi dipakai secara luas oleh masyarakat Myanmar termasuk kaum bangsawan. Yang membedakan longyi yang biasa dikenakan kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan terbuat dari sutra mahal.
Longyi mirip dengan sarung di Indonesia, Malaysia, India, Pakistan, Sri Langka dan Bangladesh. Berbeda dengan Indonesia atau Malaysia yang memakai sarung hanya di acara atau momen tertentu, longyi dipakai hampir sebagian besar masyarakat Myanmar di segala aktivitas baik itu di rumah, sekolah, kampus, kantor, bus bahkan di bandara. Longyi adalah warisan turun temurun. Simbol kederhanaan dan kenyamanan. Kini generasi muda Myanmar memadukan longyi dengan busana modern untuk tampilan yang lebih trendi.
Jenis longyi
Logyi dikenakan masyarakat Myanmar baik pria maupun wanita, orang dewasa dan anak-anak, tua maupun muda. Longyi pria dan wanita tidak sama. yang membedakan terletak pada corak, warna dan motifnya.
Longyi pria disebut pasoe sementara longyi wanita disebut htamein. Pasoe atau longyi yang dipakai pria umumnya bermotif garis-garis, persegi atau polos dengan warna yang tidak mencolok. Pasoe diikatkan di bagian depan dan bisa dikenakan terbalik, bagian depan atau belakang tak ada bedanya. Pria memadukan longyi dengan kemeja, sandal atau kacamata.
Htamein atau longyi wanita umumnya berwarna cerah dengan desain motif bunga dan memiliki ikat pinggang hitam. Ragam motif mulai dari bunga-bunga hingga corak tenun berpadu apik dengan warna merah, biru, kuning, ungu, dan hijau.
Longyi wanita juga disebut achiek. Longyi achiek bermotif khas yakni pola gelombang yang saling terhubung. Desain sarung wanita ini dikenakan wanita di pesta pernikahan dan acara formal. Pola tenun longyi juga mencerminkan khas budaya masing-masing daerah. Penenun di Mandalay dan Amarapura misalnya, terkenal dengan rancangan unik achiek pada kain sutra. Konon achiek adalah desain tradisional kerajaan. Zaman dahulu perancang longyi achiek terinspirasi oleh gelombang dan riak Sungai Ayeyarwady.
Bagi orang Myanmar longyi adalah kebanggaan. Longyi memiliki arti karena mencerminkan tradisi dan budaya unik Myanmar dalam berpakaian. Setiap hari ada banyak orang di Myanmar yang mengenakan longyi saat bekerja baik di sektor informal maupun formal. Di Yangon dan di sejumlah kota dan desa lain di Myanmar ketaatan memegang nilai-nilai tradisional masih sangat kuat. Muda-mudi bangga mengenakan longyi.
COPYRIGHT @ CUTITIPS 2022